Selepas kepergian..
Matamu yang teduh tak lagi terlihat
Langkahmu mulai membuat nada-nada jahat
Satu persatu, mulai jauh, lalu pergi memunggungi
Seakan memaksa tangis menjelma melodi
"Kau tetap menjadi pencium terhebat, Sayang"
Begitu kira-kira yang ku bisikkan sebelum kau pulang
"Tentu, tergambar dari caramu memejam"
Balasmu
Aku tidak tahu kapan kau kembali
Membawa segembol rindu yang nanti terpatri
Namun kita selalu tahu bahwa waktu terasa lama ketika ingin temu
Dan aku yang selalu kalah bernegosiasi dengan waktu
Cepatlah, cepatlah, cepatlah, suatu kata yang sering kuucap dalam doa
Menjerit dalam sepi agar rindu berubah temu
Namun semua tetap sama
Detik berat seakan memusuhiku
Andai kau tahu betapa semua ingin kuulang
Tepat disaat kau melumat bibir ini hingga habis
Membuat dahaga kian hilang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar