Sabtu, 12 Juli 2014

Diding dan impiannya

Tepat 14 tahun yang lalu,
Seorang anak kecil terlahir ke dunia,
Dengan tangis ia menyapa Ibu tanpa Ayah yang mengadzaninya.
Diding, seorang anak dengan ratusan bapak, itulah julukannya.

Kini ia sudah besar,
Berteman dengan preman pasar.
Temannya semua pernah dipenjara,
Dari pembunuhan, merkosa, bahkan ada yang pernah nyopet uang negara

Kini ia sudah besar,
Mabuk, narkoba, teler, dianggap hal yang wajar.
Maklum, Bapak tak punya, Ibu mati jadi pelacur, jadi tak ada yang mengajar,
Di jalan ia belajar, di jalan ia tak gentar.

Suatu ketika,
Diding dan teman-temannya dalam keadaan mabuk,
Diding berkata ngawur "Siapa yang bisa adzan?"
"Susah, Ding. Yang lain saja" Sahut teman-temannya.

Diding menangis mengingat impiannya.
Belajar adzan, agar bisa mengadzani dirinya.
Dan mengajak teman-temannya yang dianggap bapak,
agar bisa mengadzani buah hatinya. Kelak.

Sesederhana itu impian bocah belakang pasar.

(Bekasi, 12-Juli-2014)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar