Rabu, 09 Juli 2014

Puisi untuk mereka yang tabah

Setiap hari, rintihan terdengar dari suara-suara bocah di balik reruntuhan
Ia menangis, berlindung di balik ketiak ibundanya yang telah mati. Mereka sesenggukan.
Arang dipotek dijadikan pena, ditulisnya puisi sederhana;
"Dengan air mata kami berdiri, dengan doa kami berani, bahkan sampai mati kami akan memeluk agama kami"

Setiap hari, kepala keluarga, seorang ibu, terjatuh dan tertatih
Menghindari bom yang jatuh, yang membuat ledakan, mencipta kepulan hitam sehingga awan mereka tak lagi putih.

Setiap hari balita bertanya, benda apa yang menempel di dahinya.
Ia pikir ada yang mengajak main,
Ialah benda kejam yang membuat dirinya sakit bukan main.
Ternyata selongsong laras panjang yang mengancam lunak kepalanya.
Sampai waktunya tiba, sebutir peluru menelusup menembus belakang kepalanya.

Di sana, di belahan bumi sana,
Mereka berbuka puasa dengan segelas air mata
Setelah usai, mereka kembali menyolati saudara-saudaranya.

Di langit, malaikat terenyuh, mereka tersentuh
Syahadat tetap berkumandang di tengah panasnya arang.
Di sana, di Palestina, ribuan air mata jatuh
Mengusap luka-luka yang sangat perih pada tubuh.

Saudaraku, kami mendoakanmu.

#PrayForGaza #SavePalestine

Tidak ada komentar:

Posting Komentar