Rabu, 03 Desember 2014

Aku mau


Aku pernah dekat dengan biru, dia inginkanku menjadi pagi.
Aku takmau.

Aku pernah dekat dengan kuning, dia inginkanku menjadi terik.
Aku takmau.

Aku pernah dekat dengan jingga, dia inginkanku menjadi senja.
Aku takmau.

Aku pernah dekat dengan hitam, dia inginkanku menjadi malam
Aku takmau.

Kini aku sedang dekat dengan perempuan,
ia menawarkanku menjadi musim, 
aku, mau.


Bekasi, 2014

Kisah raja, ratu, dan prajurit perang.


Asaku hampir putus
Membuat mulut ingin mengeluarkan asu-asu
Ragu mendekap erat, untuk menemuimu atau tidak

Namun tentara-tentara rindu sergap menarik pedang dari sarungnya,
raguku merasa terancam, ia melepas cekikan di leherku
membuat asaku yang raja gerak selangkah

Singkat cerita, kerajaanku menang
Asaku tiada luka
Walau banyak prajurit yang luka-luka

Kerajaanku merayakan kemenangan, aku tiba di istanamu--aku bertemu kekasihku,
dicumbunya aku sebentar,  
ia menggiring dan membawa lelah-lelahku ke kamar,
gelap terlihat kamar tidurnya, seperti kopi hitam yang kucintai
membuat hasrat untuk segera meneguknya

Pintu ditutup, hal-hal yang mengganggu dimatikan;
piringan hitam berisikan lagu dimainkan;
volume musik digerakkan penuh
mengikuti arah jarum jam
dan detik membuat detak pada dada masing-masing

Kala itu nafsu menjadi bubuk-bubuk kopi,
keringat-keringat jatuh pada cangkir bernama ranjang
Membuat kopi kian larut, 
menunggu desah-desah untuk mengaduk; agar kopi siap diteguk

Kopi-kopi dihidangkan, tentara-tentara yang sekarat di luar dibagikan satu-satu
membuat tentara-tentara rinduku kian pulih 
dan siap berperang lagi, siap berdarah lagi 
melawan kerajaan perpisahan, walau aku sudah khatam jalan ceritanya, 
bahwa prajuritku akan menang lagi.


Bekasi, 2014