Rabu, 05 Februari 2014

Clar, tunggu aku.


Selamat pagi, Clar.
Saat menulis surat ini keadaanku sedang benar-benar baik, bahkan lebih baik dari hari-hari sebelumnya. Mungkin aku terlalu semangat menulis surat ini. Ditemani dengan sesachet kopi yang kubeli di warung pagi tadi, aku menyeduhnya, menuangkan bubuk kopi kedalam cangkir berisikan 150 ml air panas, dengan Choco Granule yang kutanam dibusanya. Sesekali aku mengesapnya, wanginya sama seperti saat aku meringkuk di ketiakmu, Clar. Lalu aku menyeruputnya, dan meninggalkan bekas busa yang tertempel di bibir. Sayangnya, kau tak disisi, Clar. Melumat bibir ku hingga habis, sampai kita benar-benar lupa bahwa busa itu sempat ada.

Oh, iya. Bagaimana kabarmu, Clar?
Kamu masih suka dengan hobimu itu, hobi yang membuat ibumu sedikit jengkel dikala musim hujan tiba? Masihkah? Sebab, kau lebih suka mematung dibalik jendela ketika hujan tiba, seraya asik berdansa dengan segala yang kau derita bersama sang hujan. Maka dari itu, saat kau diam mematung, kau abaikan perintah ibumu, sama sekali tak goyah, sama sekali tak pindah sebelum hujan redah. Dan tak lupa aku kejadian saat kita berada di cafe, disuatu tempat. Saat itu hujan tiba, kita duduk tepat disamping sebuah jendela, yang kalau kita melihat keluar, jelas terpampang suatu keindahan disana. Saat itu hujan, dan jendela pun berembun. Ingatkah kamu, Clar? Lalu dengan tanganmu itu kau tulis sebuah nama pada jendela yang berembun, "Clara sayang Galang.", Taukah, Clar? Aku rindu itu. Pokoknya aku rindu semua tentangmu. Tentang kita.


"Maaf Clar telah membuatmu flashback, aku tak bermaksud. Aku hanya rindu, sesederhana itu."
Kabarku baik, Clar.
Kau tak perlu khawatir, disini aku bisa menjaga diri sebaik mungkin. Hanya saja, ada yang susah untuk ku lawan, yaitu; rindu yang membuncah.  Masih teringat jelas ketika saat itu, aku berada dipangkuanmu, menumpahkan semua getir kehidupan di dada legamu, merasa tercebur jiwaku dilahap matamu yang sendu, juga saat sepotong lirik lagu iwan fals yang kau lantunkan, "memang usia kita muda, tapi cinta soal hati... biar mereka bicara, telinga kita terkunci.". Seakan kau benar-benar mau meyakinkan ku dalam pangkuan, bahwa tak perlu lagi ada yang didengar, tutup semua telinga, kita nikmati semua yang ada, padamu; kau yakinkan semua itu.

Duh, maaf Clar, kamu punya sapu tangan ndak?, oh iya, bukannya sapu tangan merah maroon ku masih dikamu? Laptop ku basah nih, boleh aku meminjam untuk mengelapnya?
Iya, itu air mataku. Mungkin itu disebabkan oleh kantung mata yang menyimpan bebannya, memang.. menahan isak tangis itu bukan suatu yang dianjurkan juga suatu hal yang tak perlu dilakukan, sebab ia hanya dapat menampung seketika, dan pada beban beratlah ia pecah, aku rasa, kamu juga sama.

Clar, jika tiap malam diatas sajadah milikmu kau bersimpuh, memohon layaknya seperti aku. Bahwa kau ingin sekali pertemuan. Maka tuhan akan mengabulkan, aku akan ke kotamu, lusa nanti.

Kini, aku ingin mengenalimu dengan teman baru, dia menemanimu sampa nanti aku tiba didepan pintu dan mengetuk pilu rindu. Kenalkan, namanya adalah: Kesepian.  Tenang saja, dia sangat baik. Tapi ingat, kau harus baik padanya juga. Oh, iya. Tentang orang-orang yang bilang bahwa kesepian itu jahat, mereka salah. Orang-orang yang bilang jahat padanya adalah orang yang terus menghakimi dirinya, bahwa kesepian adalah suatu rasa yang tak harus dirasakan. Maka dari situ, kesepian benar-benar murka, lalu dibuatlah orang yang menghakiminya menjadi sepi se-sepi-sepinya.

Aku harap kamu mempunyai jiwa yang besar, bermainlah dengan teman barumu itu. Jangan dinakali. Jika kau benar ikhlas menerimanya sebagai teman, maka ia berjanji tidak lagi menjadi sepi, ia berupaya menjadi diriku, menggenapkan kekosonganmu dengan bayangku. Tahan rindu itu sebentar, terbiasalah pada sepi. Sampai lusa aku datang, dan kita bisa menguasai pertemuan. Love you Clar.

PS: Tulisanmu sudah kubaca, dari mulai cerpen, puisi, hingga semua diksi cemerlang yang kau tanam disemua tulisanmu. Clar, tulisanmu seindah rupamu. Dan untuk kesekian kalinya, aku dibuat jatuh cinta pada keduanya. Tunggu aku lusa nanti, aku datang membawa segembol rindu jahat yang nanti akan terpahat. Lewat pertemuan kita yang sudah tuhan kirimkan rahmat.


Tertanda,
Seorang yang rindu pelukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar