Sabtu, 08 Februari 2014

Surat untuk badut - badut serakah.



"aaakkk, giliran ku sedikit lagi"

"Hey kakek, berisik sekali kamu, bisa diam gak? aku sedang asyik menggerogotimu"

"Diam? Enteng sekali bicaramu, aku takut, yap."

"Ahh, badan saja kau besar, rambutmu tebal, batangmu keras, serta jari-jari yang kuat. Tapi kau punya rasa takut juga? Dasar cemen"

"Lihat badut-badut itu, asyik dengan mesin pemotongnya, tertawa ia tanpa ada rasa tanggung jawab, jelas aku takut, begitu juga mereka saudara ku. Memangnya kamu yang hanya asyik memakan kami tanpa ada perasaan iba."

"Ah dasar, baiklah, aku akan membantumu, apa saja yang kamu mau, sebutkanlah"

"Hmm, kau yakin? Baiklah. Tolong tulis satu surat dibadan ku, tulis untuk mereka dan mesin pemotongnya yang serakah itu. Ayo mari, pahatlah wahai rayap yang menyebalkan"

"Baiklah"

Hey, bangsat. Aku sengaja memanggil kalian badut. Perut kalian besar, isinya pasti tangisan saudara-saudaraku. Dasar kalian picik, berjuang hidup walau harus menyusahkan kami, demi kantong pribadi kalian masing-masing. Taukah kalian kalau kami pusing? mendengar gergaji mesin yang tak pernah berhenti? Tega kah kalian mendengar rimba menjerit? mungkin nasibku tidak akan selamat. Aku ikhlas. Tapi aku takut setelah ini, bencana banjir selalu datang menghantui. Sedang kalian asyik berpesta dengan duit haram kalian sendiri. Hanya satu pesanku, bertaubatlah


"Sudah, aku sudah menulisnya sesuai dengan yang kau pinta, sekarang memejamlah. Dikit lagi giliranmu, maafkan kesalahan-kesalahanku. Walau bagaimanapun juga, aku mencintaimu. Selamat jalan"

"Terimakasih, Rayap. Walau kau begitu menyebalkan, Tapi kau sangat baik. Lalu kau mau apa setelah ini?"

"Aku mau memarahi badut-badut serakah itu, aku mau meluapkan semua emosiku padanya"

"Baiklah kalau begitu, tapi hati-hati, anak-anakku, adikku, serta saudaraku mati ketika ingin memarahinya untuk melindungiku. Aku harap itu tidak terjadi padamu. Sungguh, aku menyayangimu, sahabat."

"Tenang saja, walaupun harus mati, itu sudah suatu yang impas dengan apa yang selama ini telah kau berikan padaku. Baiklah, aku ke medan perang dulu"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar